HOME

Sabtu, 09 November 2013

Perpustakaan Mall (P-Mall)



Teman-teman apa yang terbayang oleh anda Perpustakaan itu? Saya yakin selama ini gambaran anda soal perpustakaan adalah tempat yang membosankan, Cuma ad arak-rak buku, sunyi, sepi dan ruang sangat konvensional. Disini saya akan merubah pandangan teman-teman tentang perpustakaan tersebut.
            Yah perpustakaan ideal itu seperti sebuah Mall yang memiliki magnit sehingga orang dengan senang hati untuk datang dan berkunjung, meskipun sekedar jalan-jalan dan menghabiskan waktu. Layaknya diketahui, Mall adalah ruang public privat yang menawarkan berbagai “pengalaman kenikmatan” bagi pengunjungnya, mulai dari ketersediaan barang yang diinginkan, tempat untuk bersantai dengan keluarga di tengah menyempitnya taman public, bertemu teman, sekedar melepas penat dari seharian bekerja, dan atupun untuk mengisi liburan akhir pekan. Berbagai “pengalaman kenikmatan “ inilah yang menciptakan ektase tersendiri untuk terus mengunjunginya. Tak disangsikan, berdirinya Mall telah merubah budaya masyarakat menjadi lebih konsumtif. Mall juga menjadi ruang ekspresi gaya hidup, khususnya masyarakat urban perkotaan.
Dari penjelasan diatas maka perpustakaan harus dibuat dan disajikan  seperti layaknya di Mall. Kalo biasanya di Mall itu menciptakan budaya konsumsi maka budaya konsumsi dalam hal ini konsumsi membaca, lewat struktur bangunan yang bersahabat layaknya mall dengan tata ruang yang apik dan fasilitas yang lengkap serta aktifitas-aktifitas yang merangsang minat baca dengan mengadaptasi pada tren kekinian sesuai dengan semangat jaman inilah yang saya bayangkan ada di Perpustakaan.
Dengan konsep seperti diatas pengunjung perpustakaan akan bertambah. Mereka yang datang kesana tidak hanya melulu mahasiswa yang sekedar menyelesaikan tugas akan tetapi seluruh kalangan masyarakat.

Contoh Opini



ANDAI PUSTAKAWAN SERAMAH PEGAWAI BANK

“Kepuasan anda adalah kebanggaan kami” tentunya kita tidak asing lagi dengan statemen tersebut.
Bagi penjual jasa tentunya slogan itu merupakan tujuan utama dalam pencapaian tujuan sebuah perusahaan/insatansi penjual jasa. Tak jauh berbeda dengan Perpustakaan pusat UNS yang disitu juga pemberi jasa. Jasa disini, dimaksutkan jasa memberikan informasi seluas-luasanya kepada para civitas akademika. Lalu kriteria apa yang menjadikan tolak ukur kepuasan pelanggan disini?
Kepuasan pelanggan akan sangat kentara dirasakan waktu kita berada di sebuah bank, dimana pada awal kita masuk petugasnya langsung menyapa dengan senyuman yang manis, sapaan yang sopan dan penawaran bantuan yang ramah. Bahkan ketika akan pulang dan meninggalkan bank pun masih diberikan ucapan terimakasih dan tak lupa dengan senyuman yang manis. Lalu bagaimanakah yang kita rasakan ketika datang di Perpustakaan pusat UNS? Akankah kita bisa menjumpai hal yang serupa?
            Mari kita analisis system layanan sirkulasi di Perpustakaan pusat UNS, yang kita jumpai disana pasti petugas yang sedang bermain game bahkan makan di jam kerja, dan ketika ada pengunjung (pemustaka) datang untuk meminjam buku dengan santainya petugas itu melanjutkan sisa makannya dan bahkan menutup terlebih dahulu aplikasi game yang sedang dijalankan. Pada proses ini akan sangat menghambat kinerja pustakawan itu sendiri dan akan berujung pemustaka lama menunggu dan kepuasan pelanggan tak terdapatkan.
Bukan hanya itu saja, waktu ada pemustaka yang mengembalikan buku dan kebetulan waktu itu barcode yang ada agak sedikit eror, pemustakaalah yang menjadi sasaran empuk untuk dijadikan mangsa marah pustakawan. Padahal yang jelas-jelas salah adalah system IT yang eror. Lalu apakah pustakawan itu meminta maaf dan memberikan pengarahan yang baik untuk para pemustaka? Tidak. Yang akan kita jumpai adalah kemarahan pustakawan. Contoh kasus lainnya , pemustaka yang sudah mengembalikan buku akan tetapi data di computer masih tertera padahal buku itu sudah benar-benar dikembalikan maka pemustaka akan dimarahi dan disuruh mencari buku tersebut di rak sampai ketemu. Sungguh ironis bukan?  Pustakawan disini beranggapan bahwa dirinyalah yang lebih tua yang seharusnya dihormati, tanpa menghiraukan tugas utamanya sebagai pemberi jasa.
Untuk layanan referensi yang ada di Perpustakaan pusat UNS belum bisa dikatakan demikian. Karena pada dasarnya layanan referensi itu adalah layanan rujukan dimana pemustaka bisa menanyakan keluhannya atau kesulitan dalam pencarian literature/ bahan pustaka yang diinginkan oleh pemustaka. Akan tetapi pada kenyataannya di Perpustakaan pusat UNS pada bagian referensi hanya ada sederet buku saja dan disitu tidak ada layanan rujukan. Lalu dimana pemustaka bisa tanya keluhannya?
Pada Digital Library perpustakaanp usat UNS menyediakan berbagai layanan seperti e-journal, e-book, artikel serta masih banyak lainya. Akan tetapi ketika kita mengaksesnya dalam pencarian tersebut kita masih mendapati kesulitan dan sering kali sitemnya error, jaringannya lemot. Dalam hal ini seharusnya dari pihak perpustakaanmengangkat pustakawan atau ahli TI yang bisa memperbaiki ketidak singkronan tersebut.
            Sebenarnya pada Perpustakaan pusat UNS sudah mengalakan program 5S yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun. Akan tetapi rupanya slogan tersebut merupakan  slogan  formalitas dan sebagai penghias dinding saja tanpa diaplikasikan dan dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh. Apabila slogan tersebut dijalankan tentunya akan menjadikan magnet tersendiri untuk para pemustaka berkunjung di perpustakaan.
Satuhal penting yang seharusnya juga ada di Perpustakaan pusat UNS yaitu sebuah kelas user education  untuk para mahasiswa baru. Dengan adanya user education diharapkan dapat membantu para mahasiswa baru atau pemustaka potensial untuk mengerti dan memahami apa saja yang ada di perpustakaan, layanan dan fasilitas apa yang dapat didapatkan ketika berada di perpustakaan, dan koleksi apa saja yang terdapat di Perpustakaan pusat UNS itu sendiri. Di dalam user education disini menjadi sebuah bekal utama bagi pemustaka untuk mencari informasi, mencari buku literasi untuk menunjang kegiatan belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan yang mungkin tidak di dapatkan pada kelas perkuliahan.
Dalam hal ini kita bisa memahami betapa pentingnya keberadaan sebuah perpustakaandi perguruan tinggi, ibarat bahwa perpustakaanmerupakan jantung dari sebuah perguruan tinggi, dimana apabila system perpustakaaneror, maka jalannya pendidikan di perguruan tinggi juga akan terganggu, dan untuk menjaga kinerja jatungnya pendidikan di perguruan tinggi, kita harus memilik motor penggeraknya terlebih dahulu. Pustakawan sebagai motor penggerak perpustakaandi perguruan tinggi hendaknya memiliki kualitas dan kwantitas yang baik, karena hidup dan matinya perpustakaanberada di tangan pustakawan.  

Riyana
Mahasiswa perpustakaan FISIP UNS angkatan 2011