ANDAI PUSTAKAWAN SERAMAH PEGAWAI BANK
“Kepuasan anda adalah kebanggaan kami”
tentunya kita tidak asing lagi dengan statemen tersebut.
Bagi penjual jasa
tentunya slogan itu merupakan tujuan utama dalam pencapaian tujuan sebuah perusahaan/insatansi
penjual jasa. Tak jauh berbeda dengan Perpustakaan pusat UNS yang disitu juga pemberi
jasa. Jasa disini, dimaksutkan jasa memberikan informasi seluas-luasanya kepada
para civitas akademika. Lalu kriteria
apa yang menjadikan tolak ukur kepuasan pelanggan disini?
Kepuasan pelanggan akan
sangat kentara dirasakan waktu kita berada di sebuah bank, dimana pada awal
kita masuk petugasnya langsung menyapa dengan senyuman yang manis, sapaan yang
sopan dan penawaran bantuan yang ramah. Bahkan ketika akan pulang dan meninggalkan
bank pun masih diberikan ucapan terimakasih dan tak lupa dengan senyuman yang
manis. Lalu bagaimanakah yang kita rasakan ketika datang di Perpustakaan pusat UNS?
Akankah kita bisa menjumpai hal yang serupa?
Mari
kita analisis system layanan sirkulasi di Perpustakaan pusat UNS, yang kita
jumpai disana pasti petugas yang sedang bermain game bahkan makan di jam kerja, dan ketika ada pengunjung
(pemustaka) datang untuk meminjam buku dengan santainya petugas itu melanjutkan
sisa makannya dan bahkan menutup terlebih dahulu aplikasi game yang sedang dijalankan. Pada proses ini akan sangat menghambat
kinerja pustakawan itu sendiri dan akan berujung pemustaka lama menunggu dan
kepuasan pelanggan tak terdapatkan.
Bukan hanya itu saja,
waktu ada pemustaka yang mengembalikan buku dan kebetulan waktu itu barcode yang ada agak sedikit eror,
pemustakaalah yang menjadi sasaran empuk untuk dijadikan mangsa marah pustakawan.
Padahal yang jelas-jelas salah adalah system IT yang eror. Lalu apakah
pustakawan itu meminta maaf dan memberikan pengarahan yang baik untuk para
pemustaka? Tidak. Yang akan kita jumpai adalah kemarahan pustakawan. Contoh
kasus lainnya , pemustaka yang sudah mengembalikan buku akan tetapi data di
computer masih tertera padahal buku itu sudah benar-benar dikembalikan maka
pemustaka akan dimarahi dan disuruh mencari buku tersebut di rak sampai ketemu.
Sungguh ironis bukan? Pustakawan disini
beranggapan bahwa dirinyalah yang lebih tua yang seharusnya dihormati, tanpa
menghiraukan tugas utamanya sebagai pemberi jasa.
Untuk layanan referensi
yang ada di Perpustakaan pusat UNS belum bisa dikatakan demikian. Karena pada
dasarnya layanan referensi itu adalah layanan rujukan dimana pemustaka bisa
menanyakan keluhannya atau kesulitan dalam pencarian literature/ bahan pustaka
yang diinginkan oleh pemustaka. Akan tetapi pada kenyataannya di Perpustakaan
pusat UNS pada bagian referensi hanya ada sederet buku saja dan disitu tidak
ada layanan rujukan. Lalu dimana pemustaka bisa tanya keluhannya?
Pada Digital Library perpustakaanp usat UNS
menyediakan berbagai layanan seperti e-journal,
e-book, artikel serta masih banyak lainya. Akan tetapi ketika kita
mengaksesnya dalam pencarian tersebut kita masih mendapati kesulitan dan sering
kali sitemnya error, jaringannya lemot. Dalam hal ini seharusnya dari pihak
perpustakaanmengangkat pustakawan atau ahli TI yang bisa memperbaiki ketidak
singkronan tersebut.
Sebenarnya
pada Perpustakaan pusat UNS sudah mengalakan program 5S yaitu Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun. Akan
tetapi rupanya slogan tersebut merupakan slogan formalitas dan sebagai penghias dinding saja
tanpa diaplikasikan dan dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh. Apabila slogan
tersebut dijalankan tentunya akan menjadikan magnet tersendiri untuk para
pemustaka berkunjung di perpustakaan.
Satuhal penting yang
seharusnya juga ada di Perpustakaan pusat UNS yaitu sebuah kelas user education untuk para mahasiswa baru. Dengan adanya user education diharapkan dapat membantu
para mahasiswa baru atau pemustaka potensial untuk mengerti dan memahami apa
saja yang ada di perpustakaan, layanan dan fasilitas apa yang dapat didapatkan
ketika berada di perpustakaan, dan koleksi apa saja yang terdapat di Perpustakaan
pusat UNS itu sendiri. Di dalam user
education disini menjadi sebuah bekal utama bagi pemustaka untuk mencari
informasi, mencari buku literasi untuk menunjang kegiatan belajar dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang mungkin tidak di dapatkan pada kelas
perkuliahan.
Dalam hal ini kita bisa
memahami betapa pentingnya keberadaan sebuah perpustakaandi perguruan tinggi,
ibarat bahwa perpustakaanmerupakan jantung dari sebuah perguruan tinggi, dimana
apabila system perpustakaaneror, maka jalannya pendidikan di perguruan tinggi juga
akan terganggu, dan untuk menjaga kinerja jatungnya pendidikan di perguruan
tinggi, kita harus memilik motor penggeraknya terlebih dahulu. Pustakawan
sebagai motor penggerak perpustakaandi perguruan tinggi hendaknya memiliki
kualitas dan kwantitas yang baik, karena hidup dan matinya perpustakaanberada
di tangan pustakawan.
Riyana
Mahasiswa
perpustakaan FISIP UNS angkatan 2011